Kuliner "ENAK" khas JOGJA #versi perpus kopma

GUDEG JOGJA
Ketika seseorang berkunjung ke Yogyakarta, biasanya dalam akan membayangkan melewati menu kuliner bernama Gudeg. Gudeg secara tradisional dikaitkan dengan Yogyakarta, dan Yogyakarta sering dijuluki sebagai "Kota Gudeg" (kota Gudeg).

Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda dimasak dalam santan. Butuh berjam-jam untuk membuat hidangan ini. Tambahan bumbu termasuk bawang putih, bawang merah, kemiri, biji ketumbar, jahe, daun salam, dan daun jati, yang terakhir memberikan warna coklat ke piring. Ini juga disebut Green Jack Fruit Stew Manis.

Gudeg Disajikan dengan nasi putih, ayam, telur rebus, tahu dan / atau tempe, dan sup yang terbuat dari kulit sapi renyah (sambal goreng krecek).

Ada varian yang berbeda Baris, antara lain:
* Gudeg Kering areh, yaitu gudeg yang disajikan dengan tebal, lebih tebal daripada santan     pada limbah makanan.
* Gudeg Basah, yaitu gudeg yang disajikan dengan areh encer.
* Gudeg Solo, yaitu gudeg areh dengan putih.

Gudeg Yogyakarta yang biasanya manis, lebih kering dan lebih kemerahan warna karena penambahan daun jati. Sentra Gudeg Yogyakarta terletak di sebuah desa yang terletak di sisi timur Alun-Alun Utara Kraton Jogja. Dari desa ini, masakan berbasis 'Gori' telah menjadi populer ke seluruh dunia. Tak heran wisatawan berkunjung ke Yogyakarta rasanya kurang lengkap jika tidak makan Gudeg di tempat ini.
Warung gudeg yang berjajar di selatan Plengkung Tarunasura (Plengkung Wijilan) memiliki sejarah panjang. Ibu Slamet adalah orang pertama yang memulai bisnis pada tahun 1942 warung Gudeg. Warung Beberapa tahun kemudian Baris di wilayah ini meningkat dalam dua, yaitu Kafe Gudeg Campur Sari dan Warung Gudeg Ibu Djuwariah yang kemudian disebut Gudeg Yu Djum yang begitu terkenal sampai sekarang.

Ketiga toko tersebut mampu bertahan hingga 40 tahun Baris. Sayangnya, tahun 1980'an Campur Sari Toko tertutup. Hanya 13 tahun kemudian datang satu kios lebih Gudeg dengan label Gudeg Ibu Kebohongan. Dan sampai sekarang, toko-toko kecil yang berjajar di Gudeg Wijilan di sepanjang jalan tidak kurang dari sepuluh buah.

Gudeg Wijilan Ketahanan memang cocok sebagai souvenir, karena merupakan gudeg kering, tidak tahan lama dan dapat bertahan hingga 3 hari. Harganya bervariasi, mulai dari Rp 20.000, - Rp 100.000, -, tergantung pada lauk yang dipilih dan jenis kemasan. Beberapa bahkan menawarkan paket ekonomis Rp 5.000, dengan lauk tahu, tempe, dan telur.

Seperti kemasan gudeg di tempat lain, oleh-oleh khas Jogja dapat menarik dikemas menggunakan 'keranjang' (tempat dari anyaman bambu) atau menggunakan 'kendil' (guci dari tanah liat). Bahkan lebih unik, beberapa penjual gudeg Wijilan ini dengan senang hati akan menunjukkan proses pembuatan Gudeg jika pengunjung memilih.



Malam begitu indah, bintang bercahaya bulan pun ikut bersinar. Saya dan teman mau pergi ke maliboro melewati Jl.KH Dahlan depan kantor PP Muhammadiyah, saya melihat spanduk bertulisan warung oseng-oseng mercon, dalam hati saya ini nama makanan apa penjual mercon(petasan). Saya penasaran sekali, akhirnya kuputuskan mampir untuk mengetahui oseng-oseng mercon. Rupa-rupanya ni oseng-oseng mercon ternyata nama makanan, yaitu daging sapi di iris-iris kecil terus dicampur dengan sambal. Saya mencoba makanan ini rasanya luar biasa, sambalnya terasa sekali pokoknya maknyus enak tenan. Ini merupakan kuliner di jogja, sepanjang Jl.KH.Dahlan Warung oseng-oseng mercon banyak dean berjejeran. Ada yang ramai sekali dan enak yaitu “Warung Oseng-Oseng Ibu Narti”. Silahkan mencoba dan menikmati :)


BAKPIA 
Bakpia Pathok adalah makanan khas Jogja yang bahan dasarnya adalah tepung, kacang hijau dan gula. Rasa manis dan legit tercipta dari isi kacang hijau yang berpadu dengan gula. Sedangkan rasa gurihnya berasal dari kulit bakpia yang merupakan adonan tepung yang dicampur dengan minyak nabati yang dipanggang. Anda akan  dapat dengan mudah mendapatkannya di sepanjang jalan Pathok, sekarang bernama Jl. KS. Tubun.
Makanan ini tidak sepenuhnya asli Jogja namun pengaruh dari China. Di China namanya Tou Lu Pia (berasal dari dialek Hokkian) yang berarti kue berisi daging. Namun bakpia yang di Jogja ini telah beradaptasi rasa dengan  lidah lokal dengan isinya bukan daging tetapi kacang hijau. Jenis kue ini awalnya dibawa oleh Goe Gee Oe dari China pada tahun 1948, yang mencoba membuat bakpia sebagai industri rumahan dan dijajakan eceran dari rumah ke rumah. Pengemasannya hanya menggunakan besek, yaitu  tempat makanan yang terbuat dari bambu tipis yang dirangkai atau dianyam sedemikian rupa sehingga berbentuk kotak bujur sangkar. Produksi bakpia ini semakin berkembang seiring waktu hingga sekitar tahun 1980 muncullah produsen-produsen bakpia di kawasan Pathok dengan membuat toko di rumah-rumah produsennya. Kemasannya juga telah menggunakan dos (kertas karton). Merek dagangnya berupa nomor rumah pembuatnya hingga kini makanan ini dikenal dengan Bakpia Pathok. Rasa dari Bakpia Pathok ini sendiri adalah paduan antara manis, legit, dan gurih. Saat ini pilihan  rasa yang bisa dipilih antara lain, coklat, keju atau pun yang asli yaitu rasa kacang hijau. Bakpia ini pun sekarang bisa dijumpai tidak hanya di wilayah Pathok tetapi di toko-toko oleh-oleh, stasiun, terminal,  bahkan di pasar-pasar tradisional. Namun tentu saja rasanya akan lebih mantap di tempat awalnya, yaitu di Pathok.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS